Rules Aren’t Diamonds

rule breaker quote

Alkisah ada seorang saudagar Arab tua yang sakit-sakitan. Menjelang ajal, dia memanggil kedua putranya, “Aku mewariskan hartaku kepada kalian. Syaratnya, kalian harus berlomba balap unta. Yang untanya sampai paling akhir memperoleh bagian harta lebih besar.” Kemudian dua bersaudara itu pun melakukan balap unta. Balap unta itu berlangsung sangat lama sebab tidak seorangpun mau sampai lebih dulu.

Suatu ketika lewatlah seorang tua bijak. Orang bijak tersebut mendatangi dua bersaudara, mendengar kisah mereka, lalu mengatakan sesuatu. Tidak lama berselang, kedua bersaudara memacu unta dengan cepat untuk mencapai garis finish

Tahukah anda, apa yang dikatakan si orang bijak kepada dua bersaudara?

Kisah di atas sebenarnya merupakan satu teka-teki terkenal. Saya mengutipnya karena berhubungan dengan postingan kali ini: menyiasati peraturan. Ngomong-ngomong, kalau Anda penasaran dengan teka-teki di atas, jawabannya ada di akhir postingan ini.

Bagi saya, peraturan itu dibuat untuk mengusahakan keadilan bagi semua orang. Peraturan idealya dibuat dengan niat baik, namun tidak semua peraturan itu baik. Kalau Anda dirugikan karena adanya peraturan, sesungguhnya peraturan itu tidak sehat. Misalnya akhir-akhir ini muncul berita bahwa Pemda Aceh mengajukan peraturan jam malam bagi perempuan. Tanpa memberikan judgement, perlu adanya pertimbangan apakah para perempuan itu akan dirugikan? Apakah kerugian tersebut berdampak besar? Misalnya pembatasan tersebut berakibat sebagian perempuan tidak bisa melakukan kegiatan ekonomi. Efeknya adalah penurunan produktivitas. Pendapatan daerah juga berkurang (misalnya saja loh yaa).

Mengikuti peraturan itu bagus. Yang saya tekankan adalah, you don’t have to follow rules when you know it’s stupid. Ini merupakan pola pikir yang banyak dipakai di dunia kreatif. Ketika semua handphone 7-8 tahun lalu menggunakan keypad, iPhone menggebrak pakem dengan layar sentuh dan hanya satu tombol sebagai antarmuka. Hasilnya, pamor iPhone melejit sebagai produk paling inovatif. Hal yang sama saya temukan di dunia consulting. Para konsultan bisnis membuat solusi dari mencatat fenomena, kemudian mendobrak asumsi dasar untuk menemukan sesuatu yang baru. Seringkali solusinya datang dari sesuatu sederhana yang diluar asumsi normal. Solusi bisa datang dari mendobrak peraturan. Quote di awal saya kutip dari kantor suatu firma konsultan tersohor.

Peraturan adalah sesuatu buatan manusia. Seperti layaknya semua hal buatan manusia, mereka tak lepas dari cacat. Jadi sikapilah peraturan di sekitar Anda dengan cerdas. Be rebellious yet wise. Rules, unlike eternal diamonds, are subject to change.

NB. Jawaban dari teka-teki di atas yaitu: si orang bijak berkata, “Kalian saling bertukar unta saja.” Kalau Anda mengerti makna solusi ini, berarti 80% isi blog sudah tersampaikan 😉

7 respons untuk ‘Rules Aren’t Diamonds

  1. Gara berkata:

    Solusi yang genius :haha. Kalau tukaran kan yang dibawa bukan unta sendiri, tapi unta orang lain :hehe :peace.
    Ya, pemikiran manusia semakin berkembang, dan di situlah peraturan dituntut untuk menjadi dinamis, entah dengan mengakomodir semua kemungkinan sejak awal, atau bersiap diri menghadapi segala revisi. Ketika sebuah peraturan masih tetap statis sedangkan pemikiran manusia sudah lebih maju, dia akan kalah dan berpotensi menimbulkan banyak loop hole dan grey area.

    Thanks for the idea. Kayaknya saya sudah ada ide buat telaahan besok :hihi.

    Suka

    • Mantap sekali, Gara. Betul sekali, peraturan harus mengikuti kemajuan manusia. Jangan sampai terkekang karena sesuatu yang dibuat sendiri.

      Tapi aku pribadi menyarankan masih perlunya satu prinsip dasar yang perlu dipegang tak peduli zaman apapun.

      Disukai oleh 1 orang

      • Gara berkata:

        Ya, sebuah prinsip dinamis yang bisa mengakomodir semua perubahan :hehe.

        Jadi saya dapat piring cantikkah, Mas? *laah malah minta hadiah :hihi*.

        Suka

Silakan berkomentar di sini