Melanjutkan edisi Pendakian Gunung Semeru, kali ini saya menceritakan alasan di balik layar mengapa saya naik Gunung Semeru. Alasan utama ini yang mendorong saya mau bersusah payah cari perlengkapan, akomodasi, sampai berpeluh lelah menaklukkan medan.
Jadi, saya mau naik gunung karena diajak pacar. Panggil saja Nyonya. Ah, lelaki memang sederhana. Tapi permintaan naik Gunung Semeru itu bukan sepele. Banyak yang mesti dipertimbangkan dari biaya, keamanan dan keselamatan, serta bagaimana nasib TA saya (waktu itu lagi kejar tayang Bab 4). Karena tidak punya ketertarikan absolut untuk mencapai puncak, kita berdua mendefinisikan sendiri misi yang harus dicapai di Gunung Semeru: foto pre-pre-wedding. Pre ditulis dua kali, mabok Betadine mas? Memang sengaja, karena ini foto-foto yang ditujukan pas nikahan tapi dengan usaha sendiri sebelum pakai jasa fotografer pro :).
Kita sadar kalau alat dan skill terbatas. Kamera cuma ada kamera pocket sama handphone. Ini prinsip dasar fotografi: kalau ingin memperoleh foto yang bagus, ambil foto yang banyak. Pasti ada minimal satu yang bagus di antaranya. Bahkan fotografer profesional pun demikian. Saya lihat teman saya yang jadi fotografer berulang kali menjepret objek. Bisa 10-15x. Artinya satu dari 10 foto yang dihasilkan memenuhi kriteria memuaskan. Itu sekitar 10%. Karena kita lebih cupu, persentasenya jadi lebih kecil. Mungkin sekitar 1-2%. Jadi harus ambil foto dalam jumlah lebih banyak.
Kegiatan ini pernah kita lakukan di Nglambor dan tempat lain. Lalu kita berencana melakukannya di semua tempat yang bakal dikunjungi bareng 🙂
Karena agak malu-malu buat nunjukin, jadi sebagian saja yaa yang ditaruh di blog ini. Semoga jadi inspirasi tempat pre-wedding.
Ngomong-ngomong, setelah pendakian ini Nyonya langsung menembak target pendakian berikutnya. Aduh, abang lelah dek. Tunggu saja. Segera. Target yang lainnya juga 😉