Resensi Buku Spesial: Per[t]empu[r]an

Pertama, saya terangkan dulu alasan kata “spesial” dalam postingan ini. Sekitar sebulan lalu saya di-tag di Facebook tentang peluncuran buku ini. Ditulis oleh Lenang Manggala. Siapa itu? Saya nggak kenal. Tapi setelah dikaji ulang dari profile picture hingga komentar yang muncul, saya sadar kalau itu nama pena dari teman sekolah. Tepatnya teman sebangku masa SMP. Ingat sekali kalau skill terbaiknya adalah bermain kata-kata. Dia yang paling jago ngeles di kelas :D.

Berlalulah waktu dan saya dengar dia berkarya. Menulis dan berkesenian. Mencoba tumbuh. Banyak yang mengapresiasi lewat media sosial. Saya tahu apresiasi yang lebih ampuh: membeli karyanya. Padahal saya cetek soal pemahaman puisi. Buku puisi yang pernah dibaca cuma Aku ini Binatang Jalang dan Hujan Bulan Juni. Habis baca pun geleng-geleng. Bukan karena kagum, lebih ke nggak ngerti :P.

Maka anggaplah ini sebagai review dari seorang teman. Bukan resensi atas aspek-aspek karya sastra. Saya menulis karena ingin melihat teman berkembang. Tulisannya makin dilihat orang kalau dibantu sebarkan. Rada songong, padahal blog juga masih sepi :D.

Markimul, mari kita mulai.

Pertama. Saya bingung ini cara baca judulnya yang praktis gimana. Perempuan? Pertempuran? Pertempuran Perempuan? Penyembuhan (ngawur…)? Yang bagaimanapun itu terserah lah. Saya tulis Per[t]empu[r]an apa adanya. Oh ya, buku ini tergolong tipis dari penampilannya. Ketika dibaca rasanya lebih tipis lagi. Bisa saya selesaikan sebagai pengantar tidur. Ternyata sepertiga dari buku ini berisi potret perempuan sesuai judul dan tema utama. Sekitar seperempatnya adalah cerita. Baru sisanya puisi. Minimal ada jalinan yang mengantarkan saya dari puisi ke puisi. Reaksinya bukan geleng-geleng.

Saripati buku ini bagi saya bisa ditulis dalam 3 kata kunci: cinta, rindu, dan kopi. Obrolan ringan, obrolan berat, dan kegundahan hati tersurat dalam kalimat bersayap Lenang. Karya ini terasa mengalir. Alurnya enak tapi tetap membuat hati rasa teraduk. Seperti ngopi di warung sambil memaki pemerintah atau atasan.

Ada beberapa bait yang jadi kesukaan personal.

Kesepian jangan kau
lawan
Ia bisa memangsamu
Dalam satu kali putaran

Jadilah kawan karib bagi
penantian
Maka kembali adalah
Hutang yang akan tuntas
terbayarkan

———————

Aku mencintaimu
Cukup itu
Dan bagaimana kita ke
depan, adalah seperti
buah dadu yang
dilemparkan

———————

Larungkan Seluruh

———————

Secara personal lagi, buku ini cukup mempengaruhi saya di bagian yang mengekspos tentang kerinduan dan jarak. Kata-katanya cukup mengena pasangan yang sedang berjauhan. Merasa rindu namun tetap terdorong agar kuat.

Overall, saya menikmati membaca Per[t]empu[r]an karya teman sendiri. Di sisi lain saya merasa buku ini tidak terlalu mengena di hati. Kalau diibaratkan, seperti minum secangkir kopi nikmat. Setiap menyesap terasa enak. Lama-lama rasanya pudar juga. yang tersisa adalah senyum mengingat momen menikmatinya. Mungkin suatu saat tertarik untuk mencoba lagi.

Terakhir, saya tahu ada teman-teman di blog atau di manapun yang masih menyimpan keinginan menerbitkan bukunya. Tunggu apa lagi? Berusaha dan terbitkanlah. Saya juga memotivasi teman-teman sekalian untuk mendukung karya dengan membeli kopian buku yang asli. Bisa fisik atau e-book di jalur resmi. Bukan bilang, “Wow keren. Boleh minta PDF nya?” Itu memuji sambil menusuk namanya.

Pasca-akhir, kalau tertarik dengan review buku saya bisa klik di tag Books,  menu Review Buku, atau di laman Goodreads saya.

10 respons untuk ‘Resensi Buku Spesial: Per[t]empu[r]an

  1. praditalia berkata:

    Wah… karya teman ya… pasti bangga liat temen udah nerbitin buku. Judulnya unik per(t)empu(r)an. Pas baca judul blog ini kirain isi bukunya semacam kisah perempuan2 yang penuh perjuangan dalam hidupnya, dalam bayangan sih semacam perjuangan/pertempuran hidup di masa kemerdekaan. Eh ternyata puisi. Tapi puisinya bagus… suka puisi yang berirama sama di akhir katanya.

    Disukai oleh 1 orang

    • Marien Gadea itu yg berkontribusi buat fotografi dalam buku ini. Sudah disinggung sedikit, jadi sepertiga isi buku ini adalah potret perempuan. Nah itu karya dia.

      Begitu mas 🙂

      Suka

Silakan berkomentar di sini